Sensasi Draw Kejuaraan Dunia Badminton 2025: Lakshya Sen Tantang Shi Yu Qi, Siapa yang Akan Juara di Paris?
Bayangkan saja: dua pebulu tangkis muda berbakat, masing-masing dengan gaya bermain yang kontras, bertemu di lapangan Stade de France yang ikonik. Lakshya Sen, si "pemburu mimpi" dari India, akan menantang Shi Yu Qi, "raja stabil" dari Negeri Tirai Bambu. Ini bukan sekadar laga biasa; ini adalah bentrokan antara kecepatan kilat dan ketenangan strategi yang bisa mengubah nasib turnamen. Bagi para pecinta badminton, draw ini seperti undangan ke pesta adrenalin, di mana setiap smash dan drop shot bisa menjadi penentu sejarah.
Mari kita bedah lebih dalam bagaimana draw ini terbentuk dan mengapa ia begitu menarik. Kejuaraan Dunia Badminton 2025, yang diselenggarakan oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), mengumpulkan 64 pemain tunggal putra terbaik dari seluruh penjuru globe. Proses undian dilakukan secara acak tapi strategis, mempertimbangkan peringkat dunia untuk menghindari bentrokan dini antar unggulan teratas. Tahun ini, Lakshya Sen, yang saat ini menduduki peringkat 5 dunia setelah penampilan gemilangnya di Olimpiade 2024, ditempatkan di bagian atas braket. Sementara Shi Yu Qi, unggulan pertama dengan gelar juara dunia 2024 di genggamannya, berada di jalur yang sama, membuat mereka berpotensi bertemu di perempat final – asumsi jika keduanya lolos dari babak-babak awal tanpa hambatan.
Lakshya Sen, 23 tahun, adalah representasi sempurna dari generasi baru India yang haus prestasi. Lahir di Almora, Uttarakhand, Sen mulai menarik perhatian global sejak memenangi medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2021. Gaya bermainnya? Agresif, cepat, dan penuh improvisasi. Ia seperti badai yang datang tiba-tiba: smash-nya mencapai kecepatan 400 km/jam, dan footwork-nya membuat lawan kebingungan. Setelah kegagalan di final Olimpiade Paris lalu, di mana ia kalah tipis dari Viktor Axelsen, Sen tampak semakin matang. "Saya belajar dari setiap kekalahan," katanya dalam konferensi pers baru-baru ini. "Paris adalah tempat di mana saya ingin membuktikan bahwa India bisa mendominasi badminton dunia."
Di sisi lain, Shi Yu Qi, 28 tahun, adalah inkarnasi ketenangan China. Sebagai penerus Lin Dan dan Chen Long, Shi telah membuktikan dirinya sebagai mesin kemenangan yang tak tergoyahkan. Gelar juara dunia tahun lalu di Copenhagen membuatnya semakin percaya diri. Gaya bermainnya lebih ke strategi: ia mengandalkan rally panjang untuk menguras stamina lawan, diikuti dengan net shot presisi yang mematikan. "Konsistensi adalah kunci," ujar Shi saat diwawancarai usai draw. "Lakshya adalah lawan tangguh, tapi saya siap untuk segalanya." Pertemuan terakhir mereka di All England Open 2024 berakhir dengan kemenangan Shi dalam tiga set ketat, tapi Sen telah menunjukkan kemajuan signifikan sejak itu.
Tak hanya duel ini yang menjadi sorotan. Draw keseluruhan menyajikan sejumlah pertarungan menarik lainnya. Di sektor tunggal putra, Viktor Axelsen dari Denmark, juara Olimpiade berturut-turut, ditempatkan di braket bawah dan berpotensi bertemu Jonatan Christie dari Indonesia di semifinal. Christie, yang dikenal dengan smash "petir"-nya, sedang dalam performa puncak setelah memenangi Indonesia Open bulan lalu. Sementara itu, di tunggal putri, An Se Young dari Korea Selatan akan menghadapi tantangan dari Tai Tzu Ying dari Taiwan, dua ratu badminton yang selalu menyuguhkan permainan indah penuh trik.
Apa yang membuat Kejuaraan Dunia 2025 ini spesial? Pertama, lokasinya di Paris, kota cahaya yang baru saja menjadi tuan rumah Olimpiade. Atmosfernya akan penuh semangat, dengan ribuan penonton yang masih terbawa euforia olahraga musim panas. Kedua, turnamen ini adalah ajang pembuktian pasca-Olimpiade, di mana pemain-pemain ingin menebus kegagalan atau mempertahankan momentum. Total hadiah mencapai 1,5 juta dolar AS, tapi bagi para atlet, gelar juara dunia jauh lebih berharga daripada uang.
Prediksi siapa yang akan juara? Sulit dikatakan, tapi duel Sen vs Shi bisa menjadi titik balik. Jika Sen menang, ia bisa melaju jauh dan bahkan merebut gelar pertama bagi India sejak Prakash Padukone pada 1980-an. Tapi Shi, dengan pengalaman lebih matang, punya peluang besar untuk mempertahankan mahkotanya. Faktor lain seperti cedera, kondisi cuaca di Paris yang sejuk, dan dukungan penonton juga akan berperan. Satu hal pasti: turnamen ini akan penuh kejutan, seperti saat underdog Malaysia Lee Zii Jia menumbangkan favorit di edisi sebelumnya.
Bagi penggemar di Indonesia, harapan tertumpu pada Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Keduanya berada di braket yang relatif ringan, memberi kesempatan untuk maju ke babak akhir. "Kami siap bertarung," kata Ginting. "Badminton Indonesia selalu punya tempat di hati dunia."
Kejuaraan Dunia Badminton 2025 dimulai 25 Agustus, dengan babak kualifikasi diikuti putaran utama hingga final pada 31 Agustus. Jangan lewatkan aksi ini – siapkan popcorn dan saksikan bagaimana shuttlecock kecil bisa menciptakan sejarah besar. Siapa yang akan angkat trofi di Paris? Jawabannya ada di lapangan, dan kami akan terus pantau setiap perkembangannya.
