Messi Pecah Rekor Lagi! Brace Epik Bawa Argentina Hancurkan Venezuela di Kualifikasi Piala Dunia 2026 – Emosi Perpisahan Bintang Terbesar!
SportID - Suasana di Estadio Monumental malam itu seperti pesta rakyat yang tak pernah berakhir. Ribuan penggemar Argentina bernyanyi tanpa henti, bendera biru-putih berkibar di angin malam yang sejuk, dan di tengah semua itu, Lionel Messi berdiri sebagai pusat alam semesta sepak bola. Pada usia 38 tahun, sang maestro sekali lagi menorehkan tinta emas dalam sejarah olahraga dunia. Dengan dua gol yang tak terlupakan – atau seperti yang disebut penggemar sebagai "brace epik" – Messi memimpin timnas Argentina menghancurkan Venezuela dengan skor telak 4-0 di babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Kemenangan ini bukan hanya soal tiga poin; ini tentang rekor yang pecah, emosi yang meluap, dan mungkin, awal dari perpisahan yang tak ingin dihadapi siapa pun.
Pertandingan dimulai dengan tempo yang lambat, seolah Venezuela ingin menguji kesabaran juara bertahan dunia itu. Tim tamu, yang dikenal dengan pertahanan rapat mereka, mencoba menutup ruang bagi para bintang Argentina seperti Lautaro Martinez dan Julian Alvarez. Tapi, seperti biasa, Messi punya rencana lain. Gol pertamanya datang di menit ke-28, saat dia menerima umpan silang dari Angel Di Maria. Dengan sentuhan pertama yang halus, Messi mengontrol bola di dada, lalu melepaskan tendangan voli yang melengkung indah ke sudut kanan gawang Venezuela. Gol itu bukan hanya indah secara estetika; itu juga menandai gol internasional ke-110 bagi Messi, memecahkan rekornya sendiri sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa di level timnas. Stadion meledak dalam sorak sorai, dan bahkan pelatih Lionel Scaloni terlihat tersenyum lebar dari pinggir lapangan.
Tak berhenti di situ, Messi menambah penderitaan Venezuela di babak kedua. Menit ke-62, setelah serangkaian umpan pendek yang khas gaya permainan Argentina, Messi menerobos pertahanan lawan sendirian. Dengan dribel lincah yang mengingatkan kita pada masa jayanya di Barcelona, dia melewati dua bek sebelum melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Bola meluncur deras ke gawang, tak mampu dihalau kiper Venezuela. Brace itu bukan hanya menyegel kemenangan, tapi juga membawa Argentina semakin dekat ke tiket Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Utara. Gol ketiga dan keempat datang dari kaki Martinez dan Alvarez, tapi tak ada yang meragukan bahwa Messi adalah arsitek utama dari pesta gol ini.
Di balik kegembiraan kemenangan, ada lapisan emosi yang lebih dalam. Ini adalah tahun 2025, dan Messi telah berulang kali mengisyaratkan bahwa Piala Dunia 2026 mungkin menjadi panggung terakhirnya bersama timnas. Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, dengan suara yang sedikit parau, Messi berkata, "Setiap pertandingan seperti ini membuat saya merasa hidup, tapi juga mengingatkan bahwa waktu tak pernah berhenti. Saya bersyukur bisa bermain untuk Argentina, negara yang memberi saya segalanya." Kata-kata itu menyentuh hati jutaan penggemar di seluruh dunia. Bagi banyak orang, Messi bukan sekadar pemain; dia adalah simbol harapan, ketekunan, dan keajaiban sepak bola. Lahir di Rosario pada 1987, perjalanannya dari anak kecil yang rapuh karena masalah hormon hingga menjadi delapan kali pemenang Ballon d'Or adalah cerita inspiratif yang tak lekang oleh waktu.
Kualifikasi Piala Dunia 2026 sendiri sedang memanas di Amerika Selatan. Dengan format yang lebih kompetitif, Argentina kini memimpin klasemen dengan poin sempurna dari empat laga awal. Venezuela, di sisi lain, masih berjuang di papan bawah, tapi pertandingan ini menunjukkan betapa sulitnya menghadapi tim seperti Argentina yang punya kedalaman skuad luar biasa. Scaloni, pelatih yang membawa Argentina juara Copa America dan Piala Dunia sebelumnya, memuji timnya atas disiplin taktis mereka. "Kami bermain dengan hati, bukan hanya kaki. Messi adalah pemimpin kami, dan malam ini dia membuktikan lagi kenapa dia yang terbaik," ujarnya.
Bagi penggemar muda yang baru mengenal sepak bola, pertandingan ini adalah pelajaran hidup. Messi mengajarkan bahwa usia hanyalah angka; yang penting adalah semangat dan keterampilan yang diasah bertahun-tahun. Gol-golnya bukan hasil keberuntungan, tapi buah dari latihan keras dan visi permainan yang jenius. Di era di mana sepak bola semakin didominasi oleh kecepatan dan fisik, Messi tetap setia pada gaya klasik: sentuhan bola yang lembut, dribel yang memukau, dan gol yang seperti seni.
Kemenangan ini juga membuka diskusi tentang masa depan timnas Argentina pasca-Messi. Siapa yang akan menggantikannya? Apakah Alvarez atau Martinez bisa mengisi kekosongan itu? Pertanyaan-pertanyaan ini menggantung di udara, tapi untuk saat ini, penggemar lebih memilih menikmati momen. Piala Dunia 2026 di Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat akan menjadi panggung global terbesar, dan Argentina berambisi mempertahankan gelar mereka. Dengan Messi di kemudi, mimpi itu terasa sangat mungkin.
Malam itu di Buenos Aires berakhir dengan Messi berjalan keluar lapangan sambil melambai ke tribun. Air mata mengalir di pipi beberapa penggemar, campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan. Sepak bola adalah olahraga yang penuh emosi, dan Messi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari itu selama dua dekade. Apakah ini benar-benar awal perpisahan? Hanya waktu yang tahu. Yang pasti, rekor yang pecah malam ini akan dikenang selamanya, sebagai babak baru dalam legenda Lionel Messi – bintang terbesar yang pernah ada.
